Selasa, 29 Maret 2011

Bab 3 ( 3.Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia )

Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia


Mempersoalkan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu hal yang 
tidak mudah. Apalagi kita sebagai bangsa Indonesia, membicarakan kualitas 
sumber daya Indonesia berarti membicarakan diri kita sendiri atau kita harus 
berkaca diri. Kalau memang niatnya memang untuk berkaca diri, kita harus bisa 
melihat realita. Kalau bagus ya bersyukurlah tetapi sebaliknya kalau tidak 
memuaskan ya tidak perlu berkecil hati, apalagi mengumpat, ibaratnya buruk rupa 
cermin dibelah. 
Mempersoalkan kualitas sumber daya manusia paling mudah dilakukan 
dengan melakukan perbandingan antar bangsa atau antar negara. Perbandingan 
berdasarkan hal-hal yang bersifat kualitatif tidak begitu mudah dilakukan karena 
hasilnya dapat bersifat subyektif. Perbandingan berdasarkan hal-hal yang 
kuantitatif atau dapat diangkakan lebih mudah dilakukan. Perbandingan 
berdasarkan hal-hal yang kuantitatif memberikan beberapa gambaran yang positif 
tentang negara dan bangsa Indonesia, tetapi dalam waktu yang sama banyak 
gambaran lainnya yang menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat 
memprihatinkan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 
Perbandingan Antar-Bangsa 
Perbandingan kualitas sumber daya manusia (KSDM) dapat ditinjau dari 
segi tingkat kesejahteraan hidupnya yang  secara langsung dapat diukur dari 
tingkat pendapatan per kapita. Dari  segi ini, ada bangsa-bangsa yang dapat 
digolongkan sangat miskin dengan pendapatan per kapita tiap tahun dibawah 
$1000,-US. Pendapatan per kapita ini temyata mempunyai korelasi yang amat 
kuat dengan tolok ukur apapun yang dapat menggambarkan kesejahteraan, tingkatkemajuan dan tingkat keberdayaan suatu bangsa atau negara. Sifat korelasinya 
boleh dikatakan merupakan hubungan lurus atau linear, tidak pandang tolok ukur 
yang diperbandingkan. Dengan pendapatan per kapita di pasang pada sumbu 
mendatar dan tolok ukur dipasang pada sumbu tegak , grafik hubungan antara 
tolok ukur dan pendapatan per kapita merupakan hampir garis lurus, dengan 
negara-negara miskin bergerombol di bagian kiri bawah, negara-negara kaya di 
bagian kanan atas dan negara-negara menengah ada di bagian tengah. Cukup 
menarik untuk mengamati bahwa negara-negara Amerika Utara, Eropa dan 
beberapa negara penghasil minyak termasuk negara-negara yang amat kaya, 
sedangkan sebagian besar negara-negara berkembang baik di Afrika dan di Asia 
termasuk Indonesia merupakan negara-negara miskin. 
Pengamatan sepintas seperti diatas mau tidak mau akan menimbulkan 
pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu: Kenapa suatu bangsa dapat menjadi 
suatu bangsa yang kaya, kuat dan maju sedangkan bangsa lain tidak. Pertanyaan 
selanjutnya adalah faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi suatu bangsa 
dapat menjadi bangsa yang kaya, kuat dan maju. 



Perbandingan Antara Negara Kaya dan Miskin 
Beberapa faktor dapat diperiksa apakah merupakan penentu kejayaan 
suatu bangsa. Pertama jumlah penduduk, ternyata negara yang berpenduduk 
terbesar di dunia, bahkan masih bisa digolongkan kedalam negara berkembang. 
India dan Indonesia keduanya menempati urutan kedua dan keempat dalam 
jumlah penduduk, juga merupakan negara berkembang dan bahkan dapat 
dikatakan negara miskin. Jadi jelas bahwa jumlah penduduk bukan faktor penentu 
bagi kejayaan suatu bangsa, karena Amerika Serikat yang merupakan urutan 
ketiga ternyata memang menjadi negara terkaya dan terkuat didunia. 
Faktor kedua yang dapat diperiksa adalah luas wilayah suatu negara. Rusia 
(dulu Uni Soviet) mempunyai 1/6 dari luas permukaan daratan di bumi, tetapi 
Rusia bukan negara kaya walaupun termasuk salah satu negara yang paling kuat 
di bumi. Indonesia menguasai wilayah (darat+laut) yang sama luasnya dengan benua Eropa dan sama luasnya dengan daratan kontinental Amerika Serikat, tetapi 
Indonesia termasuk negara miskin dan  terbelakang. Sebaliknya negara-negara 
yang berwilayah kecil dan juga berpenduduk tidak banyak, seperti Inggris, 
Belanda, Jepang dan Korea merupakan negara-negara kaya atau sangat kaya. Jadi 
jelas bahwa baik jumlah penduduk maupun luas wilayah suatu negara bukan 
merupakan faktor penentu kejayaan suatu bangsa. 
Faktor ketiga adalah kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini, Indonesia 
dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah, tetapi kekayaan 
sumber daya alam yang melimpah itu belum mampu mengangkat taraf 
kesejahteraan rakyat Indonesia, bahkan  sebaliknya rakyat Indonesia termasuk 
yang termiskin di dunia. Sebaliknya beberapa negara yang sangat miskin sumber 
daya alam seperti Korea, Taiwan, Jepang dan beberapa negara kecil di Eropa 
kenyataannya dapat berkembang menjadi negara-negara yang sejahtera, maju dan 
kuat. 
Kalau baik jumlah penduduk dan luas wilayah, maupun kekayaan sumber 
daya alam bukan merupakan faktor penentu untuk kejayaan suatu bangsa, dugaan 
kuat mengarah pada kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam 
kemampuannya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk 
meningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam hal ini dapat diamati perbandingan 
yang amat mencolok antara negara-negara kaya, maju dan kuat dengan negaranegara terbelakang, miskin dan tidak berdaya. Negara-negara kaya hanya 
memiliki 20% dari penduduk di bumi tetapi menguasai 80% dari pendapatan 
global, sebaliknya negara-negara miskin walaupun memiliki 80% dari penduduk 
bumi hanya menguasai 20% dari pendapatan global. Dari segi penguasaan 
wilayah, negaranegara kaya menguasai 40% dari permukaan bumi, sedangkan 
negara-negara miskin menguasai 60% sisanya. Perlu dicatat bahwa lebih dari 50% 
penduduk bumi hidup di negara-negara paling miskin di dunia dengan pendapatankurang dari 1 $ US per kapita per hari. Dinegara-negara miskin, 30 anak tiap 
menit meninggal karena penyakit yang sebenarnya mudah disembuhkan, dan 130 
juta anak hanya mendapatkan anggaran pendidikan setiap tahun yang tidak lebih 
dari harga satu kapal selam nuklir. Sementara itu, di negara-negara maju setiap menit dihabiskan anggaran sebesar 1,3 juta dolar hanya untuk pengembangan 
persenjataan untuk perang. 
Keberdayaan negara-negara maju dibandingkan dengan ketidakberdayaan 
negaranegara miskin dapat dilihat dari segi kemampuan mengembangkan dan 
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara maju memiliki 
90% dari ilmuwan, sedangkan negaranegara miskin hanya memiliki 10% sisanya. 
Sebagian besar ilmuwan di negara-negara maju langsung berkiprah dalam 
kegiatan inovasi yang produktif, sedangkan ilmuwan di negara-negara miskin 
sebagian besar hanya terlibat dalam kegiatan administratif, manajemen dan 
pendidikan yang pada umumnya tidak produktif dari segi pengembangan dan 
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keperkasaan negaranegara maju 
dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat pula dilihat 
dari anggaran penelitiannya, negara-negara maju mengerahkan 98% dari total 
anggaran penelitian seluruh dunia, sedangkan negara-negara miskin hanya mampu 
menyediakan 2% saja. Apabila dilihat dari anggaran penelitian per kapita, negaranegara maju menunjukkan angka yang 300 kali lebih tinggi dari negara-negara 
miskin. Dari segi persen anggaran belanja yang disediakan untuk mendukung 
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, negara-negara maju 
mengerahkan 2,5-3,0% anggarannya, negara-negara menengah antara 1-2%, 
sedangkan Indonesia sebelum krisis moneter, diperkirakan tidak lebih dari 0,2% 
saja. Sesudah krisis, diperkirakan tidak lebih dari 0,1 saja dari anggaran yang 
dapat disediakan untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan. 



Faktor Penentu Kejayaan Suatu Bangsa 
Dapatlah disimpulkan keberdayaan dalam mengembangkan dan 
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor penentu dalam 
kemampuan meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Kekayaan dalam sumber 
daya alam ternyata tidak menjamin suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang kaya, 
maju dan kuat. Besarnya jumlah penduduk bukan pula merupakan faktor penentu. 
Selama ini, negara-negara berkembang, terbelakang dan miskin sangatmengandalkan bantuan dari negara-negara kaya. Bantuan berupa program alih 
teknologi, keberhasilannya akan sangat tergantung kepada kemampuan dalam 
menyerap teknologi tersebut. Disamping itu, program alih teknologi akan terbatas 
pada bidang teknologi madya, teknologi primitif yang sudah usang dan tidak akan 
mencakup bidang teknologi strategis. 
Kualitas Sumber Daya Manusia Sebagai Faktor Penentu 
Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan setiap 
bangsa sangat ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan dan 
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sangat tergantung pada 
kualitas sumber daya manusia. Pengalaman menunjukkan bahwa bangsa-bangsa 
yang hancur lebur selama perang dunia dapat dengan cepat bangkit lagi hanya 
karena memiliki sumber daya manusia  yang berkualitas sangat tinggi. Adalah 
lebih mudah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan memanfaatkan 
ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi yang bernilai tambah sangat tinggi 
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi rendah yang bernilai 
tambah kecil. Selarna ini negara-negara berkembang dan miskin tetap 
mengandalkan hasil-hasil tradisional seperti hasil pertanian, kehutanan, bahan 
tambang, bahan mentah, industri padat karya atau industri primitif yang 
memanfaatkan tenaga kerja yang murah. Sementara itu negara-negara kaya tetap 
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang nilai tambahnya sangat tinggi.



Tidak terlalu sukar untuk memperkirakan gambaran perbandingan antara 
negara-negara kaya dan miskin di masa depan. Negara kaya akan bertambah kaya 
dan negara miskin akan makin menjadi lebih miskin. Sementara itu, 
kecenderungan globalisasi yang akan makin deras, hasil bersihnya justru aliran 
kesejahteraan dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya dan bukan 
sebaliknya. Dan negara-negara miskin akan makin tergantung pada bantuan luar 
negeri dan makin terjebak pada hutang hutang luar negeri. Bahkan bidang 
teknologi tertentu seperti bioteknologi akan mengancam kelangsungan hiduppetani miskin di negara-negara berkembang yang masih berkutat dengan teknologi 
pertanian yang primitif. 
Pentingnya Pembinaan Kualitas Sumber Daya Manusia 
Telah disinggung dimuka bahwa jumlah penduduk, luasnya penguasaan 
wilayah dan kekayaan sumber daya alam bukan merupakan jaminan bagi 
tercapainya kesejahteraan suatu bangsa,  tetapi justru kualitas sumber daya 
manusia merupakan faktor yang paling menentukan. Negara atau bangsa manapun 
yang ingin meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, bahkan untuk sekedar 
mempertahankan eksistensinya, harus berpikir keras untuk meningkatkan kualitas 
sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia pada dasarnya 
merupakan hasil proses regenerasi yang  diwariskan secara turun temurun dan 
hasilnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan (genetik) tetapi 
juga oleh faktor-faktor lingkungan seperti: lingkungan geografis, lingkungan 
budaya, lingkungan peradaban dan sebagainya. Inilah yang menimbulkan adanya 
perbedaan yang nyata antara kualitas sumber daya manusia dari lingkungan yang 
satu dan lingkungan lainnya. 
Perlu diakui bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak seperti 
yang kita harapkan. Oleh karena itu, dalam setiap hal, perlu sekali dipikirkan 
pemilihan bibit unggul diantara sumber daya manusia yang ada dan selanjutnya 
pembinaannya menjadi sumber daya manusia yang berdaya dan berguna. Perlu 
diingat bahwa keunggulan suatu bibit yang mungkin diwariskan secara turun 
ternurun saja belum juga merupakan jaminan mutlak untuk keberhasilan 
pembinaannya menjadi sumber daya manusia yang berdaya dan berguna. 
Keberhasilan pembinaan ini masih menuntut dimilikinya ciri-ciri kualitas 
tambahan yaitu kemampuan dan kemauan kerja keras, sungguh-sungguh, tekun, 
ulet, gigih, tidak kenal menyerah, pantang mundur, pantang putus asa dan 
sebagainya. Barangkali, gabungan antara keunggulan bibit secara genetis dan ciriciri kualitas tambahan yang disebutkan diatas yang merupakan jaminan bagi 
keberhasilan pembinaan sumber daya manusia.



Kesimpulan 
Pengamatan sejarah perkembangan berbagai bangsa menunjukkan bahwa 
kejayaan suatu bangsa tidak ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk, luasnya 
wilayah yang dikuasai, juga tidak oleh besarnya kekayaan sumber daya alam, 
tetapi oleh kualitas sumber daya manusia. Tingkat kesejahteraan suatu bangsa 
tampaknya sangat tergantung pada kemampuannya menguasai dan memanfaatkan 
ilmu pengetahuan dan teknologi dan hal ini ditentukan oleh kualitas sumber daya 
manusia. 
Dewasa ini dapat diamati dengan jelas perbedaan yang amat mencolok 
antara kesejahteraan dan keberdayaan dari bangsabangsa yang kaya, maju dan 
kuat dengan negara-negara yang miskin, terbelakang dan tidak berdaya. Satusatunya jalan keluar bagi bangsa-bangsa  yang tertinggal adalah untuk lebih 
memikirkan pembinaan kualitas sumber daya manusianya. Perlu diingat bahwa 
kualitas sumber daya manusia adalah  sesuatu yang diwariskan secara turun 
temurun. Walaupun demikian keberhasilan pembinaannya tidak hanya tergantung 
pada faktor keunggulan bibit secara genetis, tetapi masih memerlukan ciri-ciri 
kualitas tambahan yaitu kemauan dan kemampuan untuk bekerja keras, sungguhsungguh, tekun, ulet, gigih, tidak kenal lelah, tidak kenal menyerah, pantang 
mundur dan putus asa. 


sumber : Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.01/01/2004    Oleh: Prayoto 
Fakultas Teknik, UNIKOM 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar